Chelsea Bangkit di Babak Kedua untuk Menang

Branislav Ivanovic membayar tuntas "dendam"-nya di final Liga Champions musim lalu. Pemain yang tahun lalu terkena hukuman larangan bertanding di final ini jadi penentu kemenangan Chelsea di final Europe League. Sundulannya, menyambut umpan sepak pojok Mata, di menit ke-92 membuat Chelsea unggul 2-1 dan memastikan jatuhnya piala ke tangan klub asal London ini.

Bagi Benfica sendiri, kekalahan ini seakan memperburuk “nasib” yang diterima mereka di minggu ini. Baru empat hari lalu klub yang dibesut oleh Jorge Jesus ini kalah secara dramatis di menit-menit akhir pada rival terberatnya di liga, Porto. Akibatnya, memasuki pekan terakhir Liga Sargres, Benfica pun harus merelakan posisi puncak klasemen untuk turun ke peringkat dua.

Kekalahan di final Europe League ini juga seakan menegaskan kembali kutuk yang diucapkan oleh Bela Guttmann, salah satu pelatih legendaris Benfica. Pada 1962, Guttmann, yang marah karena manajemen klub menolak memberikan bonus setelah ia membawa Benfica 2 kali juara Eropa, memang sempat berujar bahwa klub ini tidak akan pernah lagi memenangkan kompetisi Eropa dalam 100 tahun kedepan. Terbukti, kekalahan Benfica dari Chelsea semalam jadi kekalahan ke-7 Benfica di semua final kompetisi Eropa.

Kegagalan Benfica di level Eropa ini tentu berkebalikan dengan pelatih Chelsea, Rafael Benitez. Semenjak 2003, Benitez telah membawa klub-klubnya ke 4 final kompetisi Eropa, dan memenangkan 3 diantaranya (UEFA Cup dengan Valencia, Liga Champions dengan Liverpool, dan Europe League dengan Chelsea).

Ya, di kompetisi Eropa, Benitez memang sering menemukan panggungnya. Tipikal permainan Rafa memang tak terlalu mengandalakan penguasaan bola, Benitez acap kali menemukan resep untuk menghadapi klub-klub dari berbagai negara. Salah satu kekhasan gaya bermain yang ia biasa terapkan di klubnya pun muncul tadi malam: mempertahankan struktur dan organisasi, menahan tempo ketika bertahan, kemudian menyerang dengan cepat, memanfaatkan ruang di lini belakang lawan.

Chelsea Tak Mampu Berbuat di Babak Pertama, tapi Bangkit di Babak Kedua

Di babak pertama, Benfica tampil dominan dan menguasai permainan, terutama di lini tengah. Pemain-pemain Benfica secara leluasa mengalirkan bola ke kedua flank, sementara Chelsea dipaksa untuk bertahan. Bahkan, di 45 menit pertama, Benfica mampu memiliki possession hingga 61%.

Salah satu faktor menyebabkan hal ini adalah karena pressing yang dilakukan oleh lini tengah dan lini depan Benfica, terutama pada kedua centerback. Akibatnya, suplai bola k elini tengah dan depan menjadi terhambat. Selain itu, dengan menutup ruang gerak pemain yang akan menerima bola pun, Benfica memaksa Chelsea untuk medistribusikan bola melalui umpan-umpan panjang.

Kondisi ini berubah di babak kedua. Dengan mengatur tempo permainan, Chelsea perlahan mampu menembus lini pertahanan Benfica. Jika di babak pertama Chelsea hanya mampu menghasilkan 3 attempts, angka ini bertambah jadi 8 attempts di babak kedua.

Benfica Menekan Lini Tengah Chelsea

Hal ini terutama terlihat dari grafik passing kedua tim di area sepertiga lapangan akhir di bawah ini. Hampir semua bola yang mengarah ke area tengah dan kanan serangan Chelsea berasal dari tengah lapangan. Sementara Benfica dengan leluasa untuk memasuki area pertahanan Chelsea. Karena tak itu, tak heran jika di babak pertama Chelsea hanya mampu menghasilkan 3 attempts ke gawang Benfica. Itu pun ketiganya berasal dari luar kotak penalti.

http://motonv.blogspot.com
Add caption




Lini Serang Benfica Tak Efektif

Di lini depan, Jorge Jesus menduetkan Oscar Cordozo dan Rodriguez, dan menempatkan Gaitan di sayap kiri. Namun, sebagaimana terlihat dari grafik di passes–received Cardozo di atas, Cardozo acap kali menerima umpan diluar kotak penalti dan hanya 4 kali dalam 45 menit mendapatkan passing di dalam kotak penalti.

Tanpa keberadaan Aimar sebagai tandem untuk mengalirkan bola, Cardozo seperti lebih sering berfungsi sebagai pengatur serangan. Passing yang ia terima di lini tengah pun, kebanyakan dikembalikan lagi ke lini belakang melalui backpass. Baru di babak kedua-lah Cardozo berani untuk menyerang gawang Chelsea melalui tendangan jarak jauh, untuk memanfaatkan ruang dari lini belakang Chelsea yang bermain terlalu belakang.

Inilah yang jadi salah satu faktor mengapa penguasaan bola yang demikian dominan tak dapat dimanfaatkan untuk jadi peluang oleh Benfica. Tim besutan Jorge Jesus ini mampu untuk mengalirkan bola ke area sepertiga lapangan Chelsea, namun tak bisa memberikan bola-bola yang berkualitas pada pemain yang memasuki kotak penalti.

Ini juga diperparah dengan lini serang Benfica yang terburu-buru dalam melakukan attempts. Bahkan di babak pertama saja, dari sekian banyak percobaan ke arah gawang yang dilakukan Benfica, tak ada satu pun yang menemui target. Sementara Chelsea mampu mencatatkan 2 shot on target dari 3 kali peluang.

Satu hal lain yang bisa dicatat dari skema serangan Benfica adalah posisi Salvio. Diantara ketiga pemain yang ditempatkan dibelakang Cardozo, Salvio sendiri sering berada lebih tinggi dan dekat dengan garis lapangan. Selain untuk tetap menjaga lebar permainan, karena di sayap satunya Gaitan lebih sering menusuk masuk, skema ini juga efektif untuk menjaga Ashley Cole untuk tidak bergerak naik.

Chelsea Menusuk dari Kanan

Tanpa Hazard, Benitez menempatkan Ramires sebagai sayap kanan dan menggeser Oscar ke pos yang biasa diisi oleh Hazard. Dengan strategi ini, Benitez sendiri memanfaatkan Ramires yang memang memiliki akselerasi dan energi tinggi untuk menekan bek kiri Benfica untuk tidak naik, sehingga Azpilicueta memiliki ruang untuk bergerak. Apalagi Benfica menempatkan Gaitan di sayap kiri, yang memang lebih berkonsentrasi untuk menyerang dan masuk menusuk kotak penalti.

Selain Ramires, Torres pun lebih sering ditempatkan di sisi kanan penyerangan Chelsea. Hal ini terlihat dari grafik passing yang diterima Torres di bawah ini:

http://motonv.blogspot.com
Add caption




Dari gambar di atas tergambar bahwa Torres acap kali menerima umpan lambung di sisi kanan sepertiga lapangan akhir. Dengan demikian, Chelsea sendiri memiliki keunggulan jumlah orang disisi ini, yaitu 3 lawan 2, yaitu Torres–Ramires–Azpilicueta versus Matic–Melgarejo.

Dengan menitikberatkan serangan di sayap kanan, Benitez kembali berharap pada kombinasi Torres–Ramires yang terbukti ampuh di liga. Dua gol dicetak oleh Ramires di Liga Inggris dari sisi ini, yaitu dengan memanfaatkan Torres yang melebar kekanan untuk menarik keluar bek kiri lawan, sementara Ramires menusuk masuk ke kotak penalti.

Serangan ini juga terbantu dengan keberadaan duet Luiz-Lampard di lini tengah. Dengan Luiz, yang memang fasih dalam bertahan, diposisikan di sebelah kanan, ruang yang ditinggakan Azpilicueta pun akan ter-cover oleh Luiz.

Pergantian Taktik

Di kubu Chelsea, Rafa Benitez sama sekali tak melakukan pergantian pemain. Ini bisa dikarenakan minimnya pemain yang memang mampu mengubah permainan. Walaupun sebenarnya Chelsea sendiri masih memiliki Victor Moses. Saat melawan Spurs, pemain ini mampu memberikan tekanan pada fullback kanan Spurs, sehingga permainan terentang lebar dan ada celah antara full back dan center back Spurs. Hal ini lah yang tidak didapatkan dari kehadiran Oscar di sayap kanan.

Namun, satu hal yang dilakukan Rafa dalam pertandingan ini adalah mengubah strateginya di babak kedua. Untuk menghadapi kemampuan pemain tengah Benfica dalam mengalirkan bola dan membangun serangan, ia menginstruksikan pemain Chelsea untuk memperlambat tempo.

Sementara di kubu Benfica, skema yang Jorge Jesus ubah untuk memperkuat serangan, terutama setelah terjadinya gol Torres, adalah dengan menambah daya gedor sayap kiri. Ini dilakukan dengan memasukkan Ola John, seorang pemain sayap kiri, dan menaruh Gaitan di posisi bek kiri. Dengan pergantian ini, serangan Benfica pun terkonsentrasi di bagian kiri lapangan.

Perubahan tersebut terlihat dari grafik di bawah. Jika pada periode menit 61-76 Benfica masih membagi serangannya melalui tengah dan kiri lapangan, pada 15 menit akhir pertandingan serangan sudah dikonsentrasikan ke sayap kiri lapangan. Pergantian ini membuahkan hasil. Di 15 menit terakhir, Benfica mampu menghasilkan 4 attempts. Namun, lagi-lagi Benfica tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena penyelesaian akhir yang tidak efektif.
http://motonv.blogspot.com
Add caption

http://motonv.blogspot.com
Add caption



Kesimpulan

Dengan kemampuan pressing, mengintersepsi bola untuk dijadikan awal mula serangan, serta kemampuan pemain dalam mengalirkan bola, Benfica mampu menguasai babak pertama. Chelsea pun kemudian dipaksa untuk bertahan dan menyerang dengan menggunakan umpan-umpan panjang. Namun, penguasaan bola dan permainan ini tidak dapat dikonversi oleh Benfica jadi peluang atau keunggulan.

Di sisi lain, meski bertahan, Chelsea sendiri mampu menunggu saat yang tepat untuk mendapatkan momentum untuk menyerang. Dengan cerdiknya, di babak kedua Rafa pun mengubah tempo permainan, mempertahankan bentuk, dan beradaptasi terhadap taktik serangan Benfica.
Satu hal yang membedakan Chelsea dari Benfica pun adalah kemampuan The Blues untuk memanfaatkan peluang. Di akhir-akhir permainan, kemampuan mengkonversi peluang ini lah yang membuat Chelsea untuk keluar sebagai pemenang.

narasumber  (sport.detik)
0 Komentar untuk "Chelsea Bangkit di Babak Kedua untuk Menang"

 
Copyright © 2014 motosport - All Rights Reserved
Template By Catatan Info